Daftar 14 Ecommerce Asli RI, Banyak yang Sudah Tutup Lapak
Hadirnya e-commerce telah mengubah gaya hidup masyarakat dalam berbelanja. Di Indonesia, ada sejumlah ecommerce asli buatan anak negeri yang umurnya sudah belasan tahun. Namun tak sedikit dari mereka yang namanya mulai meredup bahkan sampai gulung tikar. Meski ada juga beberapa yang mampu berkembang pesat, bahkan mengantongi label unicorn.
Berikut daftar e-commerce yang pernah mewarnai industri teknologi di Indonesia, dirangkum CNBC Indonesia.
1. Elevenia
Elevenia merupakan salah satu marketplace B2B Indonesia. Namun di tengah badai PHK startup, perusahaan menutup layanannya awal bulan ini.
Pada 2013, Elevenia didirikan hasil patungan XL Axiata dan perusahaan asal Korea Selatan SK Planet. Perusahaan patungan itu bernama PT XL Planet dan menjadi induk Elevania. Namun tahun 2017, XL Axiata mengumumkan rencana penjualan Elevania pada PT Jaya Kencana Mulia Lestari dan Superb Premium Pte. Ltd, perusahaan milik Grup Salim.
Elevenia baru-baru ini mengumumkan penutupan platform e-commerce mereka setelah bertahan selama belasan tahun.
2. MatahariMall.com
Ecommerce lainnya adalah MatahariMall.com yang berdiri pada 2015. Perusahaan ini merupakan salah satu anak usaha Lippo Group dan Matahari Departement Store memiliki saham 20% di dalam platform.
CNBC Indonesia mencatat, MatahariMall berubah menjadi Matahari.com. Fokus bisnisnya berubah dari produk fesyen hingga elektronik dari pihak ketiga menjadi menjual produk-produk Matahari.
3. Plasa.com
Plasa.com merupakan platform hasil kerja sama Telkom dengan e-Bay pada 2010. Kerja sama ini memungkinkan pengguna untuk menjual dan membeli barang di platform e-Bay.
Hanya berselang dua tahun, Telkom merombak Plasa.com pada 2012. Kala itu diubah menjadi Blanja.com dan memungkinkan pengguna untuk mengakses 500 juta produk e-Bay.
4. Blanja.com
Platform ini bertahan sekitar 8 tahun setelah diubah dari Plasa.com.
Telkom akhirnya menutup layanan tersebut pada 1 September 2020 lalu. Saat itu disebutkan penutupan layanan karena ada perubahan strategis.
5. Multiply
Lahir sebagai media sosial, Multiply mencoba memperluas layanannya ke e-commerce berbekal dukungan pemodal asal Belanda yang juga pemegang saham utama Tencent, yaitu Naspers.
Pada 2011, platform Multiply Commerce dirilis. Saking seriusnya, Multiply memindahkan kantor pusatnya dari Amerika Serikat ke Indonesia.
Perkembangan yang tidak signifikan membuat Naspers menyetop aliran modal ke Multiply dan memilih langsung berinvestasi di salah satu platform e-commerce asli Indonesia, yaitu Tokobagus.
6. Tokobagus
Tokobagus adalah salah satu e-commerce yang lumayan agresif memasarkan layanannya. Konsep Tokobagus adalah iklan baris yang dialihkan ke platform digital.
Kesuksesan Tokobagus membuat salah satu investor mereka, Naspers, memilih mencaplok seluruh perusahaan. Nama Tokobagus pun berganti menjadi OLX, brand e-commerce milik Naspers yang sudah beroperasi di beberapa negara.
Seiring dengan bergesernya model iklan baris ke marketplace, Tokobagus yang sudah berganti nama menjadi OLX Indonesia pada 2014, kurang mampu bersaing dengan para pemain baru seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Blibli.
Kini, fokus OLX di Indonesia adalah di pasar jual beli mobil bekas dengan nama OLX Autos (dulu bernama Belimobilgue.com sebelum dicaplok OLX). Adapun, platform listing propertinya kini dioperasikan oleh Lamudi.
7. Tokopedia
Tokopedia merupakan salah satu raksasa teknologi Indonesia saat ini. Perusahaan juga menjadi salah satu yang mendapatkan gelar unicorn di tanah air.
Tokopedia debut pada 2009 dan didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison. Tahun lalu, platform ini bergabung dengan dengan Gojek dan menjadi GoTo.
8. Bukalapak
Bukalapak berdiri pada 2010 lalu oleh Achmad Zaky Syafuddin, Muhammad Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono. Pada 2021 lalu, perusahaan juga telah melakukan IPO dengan kode BUKA.
Berdasarkan laman resminya, Bukalapak memiliki 6 juta pelapak, 5 juta mitra, dan 90 juta pengguna. Bukalapak juga sudah menyandang status unicorn.
9. Bhinneka
Bhinneka.com diluncurkan pada 1999. Laman resmi e-commerce menuliskan layanannya menyediakan produk IT, MRO, Business Solution, dan Profesional Services bagi UMKM, korporasi, dan institusi pemerintahan.
Namun sebenarnya, perusahaan telah berdiri sejak 1993. Yakni dimulai sebagai distributor mesin cetak format besar.
Kini, Bhinneka masih terus beroperasi dengan fokus menyediakan sistem e-commerce untuk pelanggan B2B dan B2G.
10. Qlapa
Qlapa adalah salah satu perusahaan e-commerce pertama yang memilih fokus ke satu vertikal. Fokus utama perusahaan ini adalah menyediakan produk unik seperti karya seni dan cenderamata.
Ditutup pada 2019, perusahaan ini tidak mampu bersaing bersaing dengan e-commerce lain seperti Tokopedia dan Bukalapak Cs.
"Hampir 4 tahun yang lalu, kami memulai Qlapa dengan misi memberdayakan perajin lokal. Banyak pasang surut yang kami alami dalam perjalanan yang luar biasa ini. Kami sangat berterima kasih atas semua tanggapan positif dari para penjual, pelanggan, dan media. Dukungan yang kami terima sangat luar biasa dan membesarkan hati," tulis manajemen Qlapa merilis pernyataan di situs resminya.
11. Rakuten
Rakuten adalah pemain raksasa asal Jepang. Perusahaan ini masuk ke Indonesia menggandeng MNC Group. Perusahaan patungan didirikan dengan modal awal Rp 60 miliar.
Sayangnya, Rakuten hanya beroperasi sekitar 5 tahun d Indonesia. Menurut Reuters, Rakuten mundur dari perusahaan patungan di Indonesia karena pergeseran model bisnis yang tidak sesuai dengan konsep awal yang disepakati.
12. Orami
Menurut laman resminya, Orami berdiri sejak tahun 2013. Platform ini menyediakan produk kebutuhan ibu dan anak.
Beberapa waktu lalu dilaporkan jika Orami telah diakuisisi oleh platform e-commerce enabler, Sirclo.
13. Ralali
Ralali merupakan platform marketplace B2B yang didirikan pada 2014. Melansir laman resminya, Ralali memiliki 11 ribu vendor, 135 ribu pelanggan, 250 ribu produk, dan 2 juta pengunjung setiap bulannya.
14. Cipika
Jika XL Axiata punya Elevenia, Indosat pernah memiliki Cipika. Berdiri pada 2014, Cipika adalah salah satu dari berbagai upaya Indosat memperluas bisnisnya ke sektor digital di era kepemimpinan Alexander Rusli.
Fokus utama Cipika adalah menyediakan tempat untuk pebisnis yang menyediakan produk elektronik dan makanan, berjualan online. Namun, Cipika ditutup pada 2017 bersama berbagai inisiatif bisnis digital Indosat yang lain karena perkembangannya dinilai lambat.
Sumber : Daftar 14 Ecommerce Asli RI, Banyak yang Sudah Tutup Lapak