Tawarkan Kemudahan dan Fleksibilitas, Kenali Apa Itu Fluid Web Design
Sebuah web dengan tampilan baik dan ramah, menurut Smart Insight, dapat memberikan kesan yang baik untuk user, salah satunya adalah dengan fluid design.
Tentunya, setiap bentuk ini memiliki beberapa keunggulan, prinsip, dan waktu penggunaannya masing-masing.
Makanya, di artikel ini Glints akan menjelaskan fluid web design ke kamu dan perbedaannya dengan bentuk yang lain.
Glints juga akan menjabarkan kapan waktu yang tepat untuk menerapkan fluid design. Yuk, simak artikelnya!
Menurut HubSpot, fluid web design adalah konsep desain sebuah website yang fleksibel, sehingga setiap elemen dan komponen web bisa menyesuaikan tampilannya dengan resolusi layar di setiap perangkat yang membukanya.
Hal ini bertujuan untuk membuat layout yang konsisten supaya dapat meningkatkan customer experience dari user sambil memastikan usability-nya.
Dengan jenis web design ini, setiap elemen dan grid yang ada dibuat agar bisa menyesuaikan diri dengan menggunakan percentage width sebagai ukuran tiap elemennya.
Grid sendiri adalah layout yang digunakan untuk menyusun konten di halaman web agar mudah dilihat.
Dengan mengaplikasikan konsep fluid pada sebuah desain, dapat membuat grid cocok dilihat di berbagai tipe layar.
Lalu, apa saja perbedaan dari fluid web design dengan desain web lainnya?
Perbedaan fluid web design dengan fixed web design adalah penggunaan width-nya.
Dengan fluid design, kamu akan menggunakan percentage width. Sedangkan di fixed, kamu akan menggunakan fixed pixel width saat membuat sebuah website.
Sementara itu, fixed design membuat sebuah web menjadi lebih kaku. Sehingga, ketika user membuka web tersebut, baik di smartphone atau komputer, tampilannya akan tetap sama.
Hal ini terkadang membuat user merasa tidak nyaman, terutama ketika ingin mengakses situs tersebut secara mobile. Tampilan akan jadi berantakan, seperti tulisan dan grid yang saling menumpuk.
Namun membuat website menggunakan design ini relatif lebih mudah dan lebih cepat karena semua width nya sama untuk setiap browser dan perangkat.
Selain itu, kamu pun tidak akan perlu repot menyesuaikan gambar, video, atau bentuk konten lainnya karena luasnya sudah fixed width.
Namun, fixed web design sudah jarang digunakan lagi oleh web designer karena tidak fleksibel dan ramah untuk user.
Perbedaan fluid web design dengan adaptive web design adalah seberapa banyak layout yang dibuat untuk sebuah website.
Dengan desain web fluid kamu cukup membuat satu layout yang nantinya akan menyesuaikan ukurannya secara otomatis berdasarkan perangkat di mana web tersebut dibuka.
Sedangkan di adaptive web design, kamu akan membuat berbagai macam layout yang secara spesifik menyesuaikan dengan jenis dan ukuran dari layar yang akan membukanya.
Terlihat sama, bukan? Namun, seperti yang Glints sebutkan di atas, perbedaannya adalah layout mereka.
Adaptive web design akan memakan waktu lebih lama untuk dibuat karena banyaknya layout yang harus dibuat agar dapat menyesuaikan tampilannya.
Selain itu, kamu juga harus menyesuaikan atau membuat layout baru apabila ada perangkat baru yang hadir ke pasaran.
Nah, di fluid design cukup membuat satu layout yang dinamis.
Fluid web design vs responsive web design
Responsive web design adalah satu layout desain web yang memformat ulang dan mengubah elemen yang ada di dalamnya berdasarkan breakpoint.
Breakpoint adalah titik atau nilai width yang berada dalam format pixel yang akan mengubah layout dari website apabila mencapai nilai tertentu.
Selain itu, perbedaan lainnya dengan fluid web design adalah efeknya pada elemen yang ada dalam website.
Dengan responsive design akan ada elemen yang akan berubah atau bahkan terhapus ketimbang ketika dibuka di perangkat yang berbeda.
Jadi, alih-alih menyesuaikan tampilannya, dengan jenis desain ini, web akan mengubah ukuran elemen itu sendiri. Konten di dalam pun bisa berubah apabila menggunakan pendekatan ini.
Tetapi, pendekatan ini cocok untuk website yang kaya akan konten dan sangat interaktif.
Hal ini karena, pendekatan responsive design memastikan elemen yang ada di dalamnya tetap terlihat menarik di berbagai ukuran layar.
Kapan Menggunakan Fluid Web Design?
Perlu diingat, setiap web design tidak bisa menjadi satu solusi untuk semua masalah.
Prinsip dari setiap jenisnya pun bukan berarti tidak bisa dikaitkan satu sama lain. Kamu bisa mengombinasikannya untuk mobile experience yang lebih baik.
Kamu bisa mempertimbangkan untuk menggunakan fluid web design berdasarkan hal berikut;
Metrik audiens; dengan menggunakan tools seperti Google Analytics, kamu bisa melihat traffic yang datang ke website kamu. Apakah melalui komputer, hp, atau tablet dan menggunakan informasi tersebut untuk mendesain layout yang baik.
Konten; apabila konten dari website-mu tidak mengandung banyak elemen teks, media, dan sejenisnya, menggunakan desain fluid akan cocok untuk kebutuhanmu. Jika tidak, kamu bisa menggunakan pendekatan responsive atau adaptive.
Resource; apabila kamu tidak memiliki banyak waktu dan budget terbatas, menggunakan fluid design bisa menjadi pilihanmu karena sifatnya yang simpel.
Nah, sekarang kamu sudah mengetahui lebih jauh tentang fluid web design serta perbedannya dengan jenis design yang lain.
Kamu bisa, lho, mempelajari lebih jauh tentang jenis web design dan penerapannya untuk user experience yang baik.
Hanya di Glints ExpertClass, kamu bisa memilih kelas-kelas seperti webinar hingga workshop untuk mengembangkan skill-mu.
Tentunya kelas-kelas tersebut dibawakan oleh pakar yang sudah berpengalaman di bidangnya.