Rebranding Twitter: Alasan dan Dampaknya Terhadap Brand
Strategi rebranding Twitter akhirnya perlahan dimulai. Meski belum bisa terlihat di aplikasi mobile, perubahan logo dan domain Twitter sudah bisa dilihat di versi website.
Bagi sebagian orang, berita ini mungkin cukup mengejutkan. Ditambah lagi perubahan yang dilakukan oleh Twitter terbilang cukup drastis.
Namun, sang pemilik Twitter, Elon Musk, digadang-gadang telah merencanakan hal ini sejak lama.
Nama Twitter dan logo burung berwarna biru yang bernama “Larry” sudah bertahan sejak 2006. Akankah perubahan ini mudah diterima oleh publik?
Apakah ada perusahaan lain yang pernah melakukan rebranding dan berjalan sukses?
Simak pembahasan menarik kali ini yang telah Glints siapkan untukmu di bawah ini!
Alasan Twitter Melakukan Rebranding
Tidak hanya mengganti logo, Twitter benar-benar telah melakukan rebranding atau mengubah mereknya menjadi X dengan nama bisnis X Corp.
Domainnya juga kini beralih dari twitter.com ke x.com.
Tak hanya itu, sang pemilik Twitter, Elon Musk, juga berencana untuk mengganti sebutan tweet yang sudah sangat melekat di kalangan pengguna menjadi “x’s”.
Dilansir dari BBC, tujuan Elon Musk melakukan rebranding adalah untuk membuat platform media sosial jenis baru yang telah lama ia impikan.
Kita sebagai pengguna hanya bisa menunggu inovasi apa yang sudah disiapkan Twitter ke depannya.
Akan tetapi, sebagai prediksi, Drew Benvie yang merupakan seorang pemilik agensi digital Battenhall membagikan pendapatnya melalui BBC terkait hal ini.
Menurutnya, Twitter ingin mengikuti keberhasilan aplikasi media sosial lainnya yang memperluas bisnisnya dengan menambahkan layanan tambahan seperti pembayaran dan e-commerce.
Ternyata, hal ini didukung oleh cuitan CEO Twitter, Linda Yaccarino, yang menyebutkan bahwa layanan X akan mencakup banyak sektor, mulai dari perbankan hingga audio dan pesan.
Langkah Elon Musk yang satu ini menimbulkan berbagai dampak yang berbeda, baik yang positif maupun negatif. Berikut beberapa di antaranya.
1. Reaksi pengguna yang beragam
Nama Twitter, tweet, retweet, cuitan, dan jargon-jargon lainnya pasti sudah sangat melekat di kalangan para pengguna lama.
Tak heran bila perubahan ini agak sulit diterima oleh beberapa orang.
Sebagian besar dari mereka merasa terkejut dan kecewa. Bahkan, dikutip dari Business Insider, beberapa pengguna ada yang mengolok-olok logo baru secara langsung di platform terkait.
Ada juga yang berencana untuk meninggalkan Twitter. Nampaknya, reaksi ini juga merupakan puncak dari kekecewaan mereka terhadap perubahan Twitter semenjak ada di tangan Elon Musk.
Mulai dari kebijakan akun verifikasi berbayar, batasan tweet per hari, dan kini rebranding.
Akan tetapi, tidak sedikit juga yang menanti-nantikan inovasi Elon Musk dan berencana untuk tetap setia pada X.
2. Potensi tuntutan dari perusahaan lain
Dampak selanjutnya dari rebranding Twitter datang dari akibat penggunaan logo X itu sendiri.
Dilansir dari Detik, huruf X sudah banyak digunakan secara komersial oleh brand-brand lain.
Meta, misalnya, memiliki merek dagang yang meliputi huruf X dengan warna biru putih untuk produk perangkat lunak dan media sosial.
Sejak 2003, Microsoft juga sudah punya merek dagang X pada layanan video game Xbox.
Douglas Masters, seorang pengacara merek dagang berpendapat bahwa huruf X yang digunakan oleh Twitter juga tidak memiliki banyak keunikan sehingga akan mempersulit pelindungannya, sebagaimana dikutip oleh Detik.
Kendati demikian, kedua perusahaan raksasa tersebut belum ada rencana untuk memberi tanggapan atau melakukan tindakan apa pun selama belum menyalahi kekayaan intelektual mereka.
3. Opini dan kritik dari key opinion leader
Banyak key opinion leader yang juga mengungkapkan kritiknya terhadap perubahan branding Twitter.
Mulai dari pengamat brand hingga komentator media sosial.
Pasalnya, pendapat mereka sangat mampu memengaruhi masyarakat umum.
Yang awalnya mungkin tak ada masalah dengan perubahan Twitter, kini mulai merasa ingin menolak perubahan tersebut.
Namun, ini juga tidak selamanya berdampak negatif karena pendapat key opinion leader juga bisa memengaruhi sentimen positif.
Dengan dampak yang telah disebutkan di atas, kamu jadi bisa melihat bahwa rebranding tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Tak hanya Twitter, sebenarnya banyak perusahaan lain yang juga pernah melakukan rebranding. Siapa sajakah mereka dan apa yang bisa kita pelajari dari strateginya? Yuk, simak selengkapnya.
1. Dunkin’
Dunkin’ Donuts mengubah namanya menjadi Dunkin’ pada tahun 2019.
Perusahaan bertujuan untuk memperluas fokus bisnisnya dari yang semula hanya menjual donat, kini menyediakan menu makanan dan minuman lainnya.
Strategi rebranding mereka meliputi perubahan pada beberapa identitasnya, seperti font, visual guideline, hingga logo.
Dunkin’ berupaya untuk beradaptasi dengan kebutuhan konsumen agar bisa bersaing dengan kompetitornya, tapi konsumen masih tetap bisa mengenali identitas brand dengan mudah berkat konsistensi brand identity yang diterapkan.
2. Adobe Creative Cloud
Selain Twitter dan Dunkin, ternyata Adobe Creative Cloud juga pernah melakukan rebranding.
Tidak hanya mendesain ulang logo brand, Adobe juga mengubah logo Adobe CC dan semua produk-produknya.
Seperti Adobe Photoshop, Adobe PremierePro, Adobe Illustrator, dan lain sebagainya.
Tujuan utamanya adalah untuk memudahkan pengguna mereka dalam menavigasi dan memahami produk, sekaligus menyajikan tampilan yang segar dan baru.
Meski beberapa pengguna awalnya merasa kebingungan, strategi Adobe dinilai sukses karena kini klasifikasi produknya lebih rapi. Misalnya, saat pengguna mencari software khusus video, semua aplikasi terkait akan muncul dalam warna yang serupa, yaitu biru dan ungu.
3. Instagram
Jika contoh brand di atas mungkin tidak mengadaptasi perubahan drastis, Instagram datang dengan strategi rebranding yang pada saat itu cukup mengejutkan.
Mereka mengenalkan logo baru yang benar-benar berbeda dari versi sebelumnya.
Gambar polaroid 3D pada logo Instagram yang dulu sangatlah ikonik. Tak heran banyak pengguna yang juga awalnya merasa kecewa dengan keputusan Instagram.
Namun, dilansir dari Inc, rebranding Instagram dinilai sukses karena dilakukan untuk alasan yang jelas dan pertimbangan yang tepat.
Instagram melakukan rebranding karena logo yang lama hanya merepresentasikan fotografi (polaroid). Padahal, Instagram lebih dari itu dan kini fitur-fitur barunya sangat populer, seperti Reels, Live, dan Stories.
Dari seluruh contoh di atas, dapat dilihat bahwa perubahan besar maupun kecil sama-sama dapat membawa kesuksesan bagi brand. Semua tergantung pada keseluruhan strategi yang dijalankan perusahaan.
Demikian pembahasan mengenai serba-serbi rebrading Twitter.
Kalau kamu tertarik untuk belajar lebih banyak mengenai strategi branding, Glints punya banyak kumpulan artikel terkait lainnya yang bisa kamu baca secara gratis.
Tak hanya strategi, kamu juga bisa temukan pembahasan menarik seputar istilah dan kesalahan umum yang perlu dihindari.
Tertarik? Klik link ini untuk baca kumpulan artikelnya sekarang juga!
Sumber
Nah Lho! Twitter Bisa Kena Gugat Usai Ganti Logo Jadi X
'Twitter' diubah menjadi 'X' - Mengapa Elon Musk terobsesi dengan huruf X?
Marketing expert slams Elon Musk's chaotic Twitter rebrand as 'completely irrational'