AI dan Music Director di Radio: Inovasi atau Ancaman?

Kecerdasan buatan (AI) mulai mengambil alih tugas music director di industri radio. Teknologi ini menyusun playlist, menganalisis tren musik, dan menyesuaikan format lagu berdasarkan preferensi pendengar.
Beberapa stasiun radio di Surabaya telah mengadopsi AI untuk mengotomatisasi proses penyusunan musik. Namun, sejauh mana teknologi ini benar-benar membantu?
Rizky Pratama, music director di Surabaya, mengaku AI menghemat waktu kerja. "Dulu, playlist disusun manual. Sekarang, AI membantu analisis data dan saran lagu," ungkapnya.
AI juga mencegah overplay lagu. "Teknologi ini mendeteksi lagu yang terlalu sering diputar dan menyarankan variasi," tambah Rizky.
Meski efisien, AI dinilai mengurangi sentuhan manusia. Musik bukan hanya soal data, tetapi juga emosi dan kreativitas.
Siti Anindya, pengamat industri radio, menegaskan AI sebaiknya hanya alat bantu. "AI tidak punya insting kreatif seperti manusia," ungkap Siti.
Adaptasi SDM menjadi tantangan utama. "Tidak semua radio siap investasi AI, dan banyak music director belum nyaman dengan algoritma," kata Siti.
Baca juga:
Rendahnya Kemampuan Berpikir Kritis: Tantangan Besar dalam Menghadapi Era Digital Indonesia
Rizky melihat AI sebagai mitra kerja, bukan pesaing. "Keputusan akhir tetap di tangan saya. AI hanya membantu optimalkan playlist," ujarnya.
Ke depan, AI diprediksi semakin luas digunakan, termasuk untuk DJ virtual dan interaksi dengan pendengar. Namun, musik tetap memerlukan sentuhan manusia.
Inovasi ini bisa menjadi peluang atau tantangan baru bagi industri penyiaran. Jawabannya akan terlihat di masa mendatang.