10 Tren Marketing 2023 yang Marketer Wajib Tahu
Prediksi tren marketing 2023 sudah mulai bermunculan. Sebagai marketer, kamu memang tak selalu harus mengikuti tren yang ada. Namun, dengan mempelajarinya, kamu akan temukan strategi baru yang tentu lebih up-to-date dan kemungkinan cocok untuk brand-mu. Evaluasilah apakah strategi yang selama ini digunakan sebenarnya sudah usang dan mulai harus ditinggalkan. Supaya lebih mudah menganalisisnya, berikut Glints berikan referensi tren marketing yang wajib kamu pertimbangkan untuk tahun depan!
1. Influencer marketing
Metode promosi melalui perantara influencer disinyalir akan terus menjadi tren marketing di tahun 2023. Para influencer marketing dinilai mampu secara efektif meningkatkan angka return of investment (ROI), mengingat besarnya influence atau pengaruh mereka terhadap keputusan pembeli. Akan tetapi, brand perlu berhati-hati ketika memilih key opinion leader (KOL) baik di Tiktok, Instagram, Youtube, dan platform lainnya. Sering kali, citra negatif influencer juga dapat mempengaruhi citra brand yang justru akan merugikan.
2. Agensi digital marketing
Jasa yang ditawarkan oleh agensi digital marketing ternyata sangat membantu pelaku bisnis, baik bisnis kecil hingga perusahaan besar yang sebenarnya sudah dikenal baik oleh masyarakat. Apabila tim kamu kekurangan sumber daya, tidak ada salahnya bekerja sama dengan agensi marketing yang terpercaya.Salah satu kelebihan dari agensi adalah biasanya tim mereka terdiri dari para profesional yang telah berpengalaman. Hal ini memungkinkan mereka untuk memberi lebih banyak insight tentang pemasaran bagi kemajuan brand kamu.
3. Instant gratification
Hampir semua orang pasti menyukai instant gratification, yaitu kesenangan atau kepuasan yang bisa mereka dapatkan secara instan. Dilansir dari Ecommerce Fastlane, konsumen cenderung ingin mendapatkan apa yang mereka mau secara instan dan cepat terutama ketika berbelanja online. Segala bentuk delay atau proses yang rumit akan menyebabkan mereka melirik kompetitor lain. Jadi, marketer perlu merumuskan strategi yang bisa melancarkan seluruh proses customer journey.
4. Pengumpulan data konsumen
Tren marketing 2023 selanjutnya berkaitan dengan cara brand memperolah data konsumen. Saat ini, semua orang semakin sadar akan pentingnya menjaga privasi data pribadi. Sementara, big data merupakan elemen penting untuk mengambil keputusan bisnis.
Penggunaan pihak ketiga juga lumayan berisiko bagi brand karena kebijakan perlindungan data konsumen kini semakin ketat. Oleh karena itu, brand diprediksi akan lebih proaktif dalam mengumpulkan data secara kreatif dan mandiri, seperti melalui survei, form, atau real-time messaging.
5. Hyper-personalization
Kamu mungkin sudah tahu bahwa personalisasi adalah bagian wajib dalam merumuskan strategi content marketing, agar kampanyemu dapat menjangkau target dengan tepat. Namun, ternyata ada lagi metode supaya konten yang sampai pada target audiens jadi jauh lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Hyper-personalization ini dapat kamu lihat contohnya pada Netflix, di mana mereka akan merekomendasikan film berdasarkan riwayat pencarian user.
Maka dari itu, brand lain juga bisa melakukan personalisasi ini ke level yang lebih tinggi, dengan memanfaatkan:
- artificial intelligence
- data
- automasi
- analytics tool
6. Konten video
Menurut Linchpin SEO, konten format video sangat memudahkan brand untuk sampaikan pesan yang sulit dimengerti jika disebarkan melalui teks tertulis. Contohnya saja pada konten tutorial menggunakan skincare, memadupadankan baju untuk outfit of the day, dan lain sebagainya. Selain itu, target audiens juga cenderung lebih terdorong untuk berinteraksi dengan konten yang berbentuk video. Itulah mengapa video konten dinilai akan semakin diandalkan dalam strategi marketing untuk berbagai platform di tahun depan.
7. Inklusivitas dan representasi
Penekanan pada inklusivitas untuk kelompok yang selama ini jarang direpresentasikan akan terus menjadi tren marketing di tahun 2023. Apa yang dimaksud dengan inklusivitas dan representasi?
Dulu, standar kecantikan masyarakat hanya menganggap bahwa wanita cantik adalah mereka yang berkulit putih dan berbadan langsing. Kini, masyarakat perlahan mulai meninggalkan standar tersebut dan lebih mendukung brand yang merangkul nilai inklusivitas, baik dari inovasi produk maupun strategi pemasarannya. Contoh inklusivitas ini bisa kamu lihat pada iklan kosmetik atau fashion yang melibatkan perempuan dengan berbagai bentuk tubuh dan warna kulit.
8. Penggunaan virtual reality
Dilansir dari Asana, Virtual Reality (VR) dalam marketing memudahkan brand untuk membuat gambaran simulasi yang realistis dalam mempromosikan produk atau jasa mereka. Tak perlu jauh-jauh, contohnya bisa kamu lihat pada kamera di suatu aplikasi yang memungkinkanmu untuk mencoba berbagai shade bedak. Penggunaan VR juga telah digunakan oleh IKEA. Pada aplikasi IKEA Place, kamu bisa melihat simulasi peletakan furnitur di rumahmu sebelum memutuskan untuk membelinya.
Selain menarik perhatian, cara ini juga bisa memudahkan konsumen untuk membuat keputusan, bukan?
9. Voice search dalam SEO
Marketer mulai memperluas strategi mereka dalam mengoptimalkan mesin pencari. Awalnya, fitur voice search ini kebanyakan dipakai untuk pertanyaan yang memerlukan jawaban sederhana, seperti “Siapa presiden pertama Amerika Serikat?”
Sekarang, semakin banyak orang yang menggunakannya untuk mencari informasi yang lebih detail, seperti “Apakah kompres dingin tepat untuk demam?” Oleh karena itu, kamu dapat mengoptimalkan konten di website menjadi lebih conversational atau mirip percakapan sesungguhnya supaya bisa menjawab kebutuhan user dengan cepat dan tepat.
10. Tanggung jawab sosial dan reputasi brand
Tren marketing 2023 yang terakhir menitikberatkan pada upaya membentuk dan mempertahankan reputasi brand yang positif. Bagi sebagian orang, keputusan pembelian mereka mungkin hanya bergantung pada kualitas produk. Akan tetapi, banyak juga konsumen yang menaruh value atau nilai lebih pada pilihannya. Konsumen mungkin akan enggan membeli produk dari perusahaan yang terbukti memperlakukan karyawannya dengan tidak baik, atau tidak bertanggung jawab atas pengolahan limbah.
Sebaliknya, mereka akan lebih memilih untuk beli produk dari perusahaan yang tak hanya menjalankan bisnisnya dengan etis, tetapi juga memberikan kontribusi lebih untuk lingkungan atau masyarakat sekitar.
Sumber : https://glints.com